Ernest Prakasa: Influence Comedy Dalam Film

Bahas seputar awal mula terjun ke film sampe mimpi besar bareng Imajinari.

Seni
8.5K

Sejak dirilis pada tanggal 1 Februari 2024 kemarin, film Agak Laen yang menceritakan kisah empat sekawan dalam mengejar mimpinya sebagai penjaga rumah hantu di pasar malam, berhasil menembus tujuh juta penonton dan termasuk dalam jajaran film Indonesia terlaris sepanjang masa. 

Film tersebut disutradarai oleh seorang komika bernama Muhadkly Acho dan dibintangi empat member dari podcast “Agak Laen”, yakni Boris Bokir, Oki Rengga, Indra Jegel, dan Bene Dion Rajagukguk. Nggak cuman berhasil dapetin respon positif dari masyarakat, Agak Laen juga berhasil membuktikan bahwa komika atau stand-up comedy di Indonesia punya peluang yang besar dalam industri film tanah air.

Salah satu sosok yang punya pengaruh besar atas hal itu, nggak lain nggak bukan adalah Ernest Prakasa, seorang komika, penulis, director, produser, sekaligus founder dari production house, Imajinari. Prestasi Ernest dalam dunia film emang nggak bisa diragukan, mulai dari juara satu Piala Iqbal Rais untuk Penyutradaraan Film Panjang Karya Perdana di film Ngenest, Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik di film Cek Toko Sebelah, Piala Citra untuk Penulis Skenario Adaptasi Terbaik di film Imperfect, dan masih banyak lagi. 

Hypebeast Indonesia berkesempatan buat ngobrol bareng Ernest buat bahas seputar dunia film, mulai dari awal mula terjun ke dunia film, item yang wajib dibawa pas shooting, sampe satu nama komika di Indonesia yang cocok jadi director

HB: Hai Ernest, kaget gak sama jumlah penonton dan antusias masyarakat sama film Agak Laen saat ini?

Ernest: Kaget sekali. Tentu sangat kaget sekali karena di bayangan kita kalaupun ini sukses ya satu juta dua juta penonton itu rasanya udah jadi sebuah kesuksesan yang luar biasa besar. Jadi kalau ditanya kaget apa ga, luar biasa kaget. 

HB: Apakah terjun ke industri film jadi salah satu mimpi kecil lo?

Ernest: Nggak sama sekali sih ya, kalau dibilang mimpi masa kecil terjun ke industri film sama sekali nggak, tapi memang dari kecil bokap nyokap tuh suka ngajak nonton bioskop gitu, jadi film-film Disney kayak Beauty and the Beast, Lion King, Aladdin itu kita tonton di bioskop dulu waktu kecil gitu, jadi memang sudah dibiasakan dari dulu. 

Dan ketika mulai remaja sama pas kuliah terutama, bioskop jadi salah satu tempat hiburan utama lah gitu. Ketika udah punya uang mulai beli VCD original buat koleksi, kemudian naik jadi DVD original, kalau Blu-ray sih kemahalan ya, nggak kebeli hahahha, tapi nggak pernah punya cita-cita sih.

“kalau dibilang mimpi masa kecil terjun ke industri film sama sekali nggak, tapi memang dari kecil bokap nyokap tuh suka ngajak nonton bioskop dan pas jaman kuliah, bioskop jadi salah satu hiburan utama.”

HB: Dengan segala project film yang lo buat, gimana cara lo nge-refresh diri biar tetep kreatif?

Ernest: cara nge-refresh biar tetap kreatif, mungkin ada dua, yang pertama di-manage workload-nya supaya enggak enggak overload. Karena kalau overload itu pertama tingkat stres tinggi kemudian kita cenderung jadi fokus pada penyelesaian pekerjaannya terlepas dari kualitasnya gitu. Jadi kayak just get things done gitu, kalau mau kreatif ya harus punya workload yang ideal jangan terlalu hektik, jangan terlalu sibuk gitu.

Kedua ya harus selalu memperluas reference isi kepalanya, termasuk dari film, dari buku, dan dari berbagai sumber lah.

“Di stand-up comedy kita belajar nulis, public speaking, sampe crowd handling. Jadi ketika itu berhasil, kita bisa mengolahnya ke berbagai disiplin ilmu seni, seperti podcaster, presenter, pemain sinetron, bintang film, atau director.”

HB: Item apa atau ritual apa yang selalu wajib dilakukan saat shooting?

Ernest: Ritual sih mungkin nggak ada ya, kalau item yang mungkin harus selalu ada di shootingan gua itu adalah kipas angin di kaki. Kipas angin di kaki itu karena gua selalu seneng ke lokasi shooting itu pake celana pendek dan kadang-kadang kan gerah, nah kalau gerah itu ditembak ke badan itu nggak enak lama-lama masuk angin. Tapi kalau ke kaki itu tetap terasa ademnya tanpa masuk angin. Jadi, itu yang wajib ada di monitor sutradara kalau misalnya gua lagi nge-direct atau pun ketika lagi nge-produce, meja producer location di kaki gua harus ada kipas angin.

HB: Gimana lo ngeliat industri stand-up comedy sekarang, mengingat banyak project film yang lo buat melibatkan mereka, entah sebagai cast, script writer, bahkan director?

Ernest: Pada akhirnya sebagaimana terjadi kayak di Inggris, Amerika, Australia, jadi stand-up comedy ini emang menjadi batu loncatan untuk berbagai profesi. Karena di situ kan, standup comedy memaksa pelakunya untuk belajar banyak banget hal-hal itu, dari mulai menulis, public speaking, sampe crowd handling. Jadi ketika sudah berhasil menjadi stand-up comedy, dia bisa mengolah itu menjadi bercabang ke berbagai disiplin ilmu seni, terutama comedy. Jadi ya sekarang udah terlihat seperti itu, dari stand up comedy bisa jadi podcaster, presenter, pemain sinetron, bintang film, atau director. Jadi menggembirakan sih.

“Mimpi besar gua di industri film bersama Imajinari adalah memberikan ruang seluas-luasnya buat original story karena gua merasa tumbuh besar dan jatuh cinta pada film di era yang berbeda dengan era sekarang..”

HB: Spill satu nama komika di Indonesia yang pengen lo jadiin director di kemudian hari?

Ernest: Hmm, kayaknya mungkin kalau gua harus milih mungkin Arif Brata. Karena menurut gua dia punya sensibilitas yang sangat tajam dari segi comedy, dari sketsa-sketsa yang dia bikin di Tik-Tok dan Instagram, keliatan kalau dia punya visi kreatif yang bukan cuman nulis tapi visual. Gua rasa Arif Brata bisa jadi sutradara comedy yang baik.

HB: Last question, apa mimpi besar Ernest Prakasa di industri film?

Ernest: Mimpi besar gua di industri film bersama Imajinari adalah memberikan ruang seluas-luasnya buat original story. Karena gua merasa tumbuh besar dan jatuh cinta pada film di era yang berbeda dengan era sekarang. Film-film yang menemani gua tumbuh dewasa adalah film original yang sekarang mungkin nggak akan pernah dibuat. 

Intinya adalah film-film yang sekarang bukan hanya di Indonesia tapi di Hollywood, merupakan film adaptasi, remake, atau sequel. Bukan nggak boleh, boleh aja tapi kalau dominan banget lantas tidak ada ruang buat original story. Itu kenapa mimpi besar Imajinari adalah memberikan ruang menunjukkan bahwa original story itu masih punya tempat. Original story juga bisa sesukses film-film yang didasarkan pada IP.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pilem Agak Laen (@pilem.agak.laen)

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

SSUNDAY x ONE N’ ONLY Third Collection
Fashion

SSUNDAY x ONE N’ ONLY Third Collection

Nampilin enam pilihan long slevee.

ANAABU Hadirkan Koleksi Terbaru Mereka, "Terus Tumbuh"
Fashion

ANAABU Hadirkan Koleksi Terbaru Mereka, "Terus Tumbuh"

Jadi artikel buat sambut Eid Mubarak 2024.

Kinjaz Hadirkan Capsule Collection Bareng Easy Demons Club
Fashion

Kinjaz Hadirkan Capsule Collection Bareng Easy Demons Club

Available di tanggal 3 Maret 2024.

Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”
Fashion

Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”

Terinspirasi dari sepak bola Spanyol.

ZOO Bikin Collaborative Collection Bareng AGLXY
Fashion

ZOO Bikin Collaborative Collection Bareng AGLXY

Cek detail lengkapnya di sini.


IMANUEL Hadirkan Debut Collection Mereka, “The Beginning of The End”
Fashion

IMANUEL Hadirkan Debut Collection Mereka, “The Beginning of The End”

gabungin military elements, traditional menswear, dan sentuhan elegan.

Denny Novikar Bikin Exhibition Bareng Rama Indirawan, “PLEASURE & PRESSURE”
Seni

Denny Novikar Bikin Exhibition Bareng Rama Indirawan, “PLEASURE & PRESSURE”

Berlangsung di Copenhagen Berawa, Bali.

Gangsar: Nama dan Identitas Baru dari Rollfast
Musik

Gangsar: Nama dan Identitas Baru dari Rollfast

Bakal melakukan debut di Joyland Festival Bali 2024.

Supper Sandwich & Burger Ajak QP’s Joint Buat Edisi Terbaru “Friends of Supper”
Kuliner

Supper Sandwich & Burger Ajak QP’s Joint Buat Edisi Terbaru “Friends of Supper”

Berlangsung di hari Minggu 25 Februari 2024.

Through The Lens: Luthfi Ali Qodri (Laok)
Seni

Through The Lens: Luthfi Ali Qodri (Laok)

Cerita soal kesulitan photostage pake kamera analog.

More ▾